Nama :
Mohamad Zenal Mutakin Kelas : 1DA02
NPM :
46214769 Tugas : Bahasa Indonesia “membuat cerpen”
“Kutemukan
kehidupan yang sesungguhnya”
Aku Radit pria yang lahir pada tanggal 25 Agustus
1992.Aku adalah pria yang paling menderita dibanding teman-temanku yang masih
memiliki keluarga yang utuh. Aku anak tunggal. Sudah hampir 3 bulan aku pergi
dari rumah karena keegoisan kedua orang tuaku yang lebih memilih berpisah dan
tidak memikirkan nasib anaknya.
Pagi itu aku tengah bersiap untuk berangkat kuliah,
seperti biasa bi minah telah meyiapkan sarapan untuk aku dan keluargaku. Disitu
ada aku, ayah dan ibuku.
“hay sayang kamu sudah
bangun, ohya dit siang ini mama harus berangkat ke Bandung yaa karena ada
meeting mendadak mungkin 2 atau 3 hari mama baru pulang,”ucap mama yang sangat
sibuk
“Pergi lagi?” jawab aku
heran.
“iya sayang soalnya ini
penting banget, lagian kan ada papa, kalo kamu perlu apa-apa bilang papa aja,”
ujar mama dengan entengnya.
“apa kamu bilang?kamu
fikir saya ga sibuk sama pekerjaan saya, kamu yang seharusnya ada dirumah dan
mengurus Radit. Wanita macam apa kamu yang tidak menuruti kemauan suami,”
bentak papa. Sebenarnya papa ingin mama berhenti bekerja dan mengurusi aku.
Tapi mama bersikeras tidak ingin berhenti karena mama bilang gaji papa tidak
cukup untuk keperluan rumah.
“kamu fikir gaji kamu
bisa memenuhi semua kebutuhan rumah? Kalau aku berhenti bekerja mau makan apa
kita,” jawab mama yang tidak ingin disalahkan. “keliatannya kita memang sudah
tidak ada kecocokan lagi kita selalu berbeda pendapat. Sudahlah mulai detik ini
aku minta cerai aku sudah capek dengan sikap keegoisan kamu,” ujar mama dengan
penuh emosi
“harusnya kamu sadar
kamu yang egois, kamu hanya memikirkan harta dan materi kamu tidak memikirkan
selama ini Radit butuh kasih sayang lebih dari ibunya,” jawab papa meluruskan
Aku pun berdiru menghadap mama dan papa. “cukup, Radit
capek kalau setiap hari harus mendengar mama dan papa bertengkar, kalau mama
dan papa masih bersikeras untuk berpisah lebih baik Radit pergi dari rumah
ini,”. Radit pun langsung bergegas menuju kamar untuk merapikan semua pakaian
yang ingin ia bawa. Aku fikir setelah aku berbicara seperti itu mama dan papa
berhenti bertengkar ternyata malah makin besar. Tanpa berfikir panjang aku pun
langsung pergi dan menghiraukan panggilan mereka.
Aku pergi menuju kosan temen kuliahku Angga. Saat ini aku
kuliah sambil bekerja uangnya untuk membayar kuliahku dan membayar kos’an.
Selama 3 bulan aku pergi dari rumah dan melanjutkan hidupku tanpa kedua orang
tuaku. Aku pun sudah tidak tahu kabar mereka, mereka pun tidak berusaha mencariku.
“Permisi, Angganya ada?” Tanya gadis cantik yang mencari
Angga. Aku pun kaget melihat gadis tersebut, aku masih bertanya-tanya siapa
gadis tersebut apa mungkin itu pacar Angga. Ah.. tapi tak mungkin Angga saja
tidak pernah bercerita padaku. “Angganya lagi keluar, ada perlu apa ya. Maaf
sebelumnya anda siapa,” tanyaku sambil tersenyum melihat kecantikan gadis itu.
“Saya Syila sahabat dekat Angga sewaktu SMA,”jawab syila
sambil menjulurkan tangannya. Ia pun tersipu malu melihat wajah Radit yang
ganteng itu. Saat mereka tengah berkenalan. Angga pun dating dan kaget melihat
Radit bersama Syila.
“Syil, lo uda balik dari Ausi? Gila apa kabar lo. Kok ga
ngabarin gua kan bisa gua jemput di Bandara,” Tanya Angga kaget.
“ah lu ga, gppa kok gua sengaja aja pengen kasih kejutan
buat lo hehe,” ujar syila.
Tanpa diperkenalkan pun
Syila dan Radit pun sudah berkenalan cukup lama sebelum kedatangan Angga. Entah
mengapa Radit pun merasa nyaman berada dekat Syila dan Syila pun juga merasakan
hal yang sama. Setelah kurang lebih 1 bulan mereka melakukan pendekatan
akhirnya Raditpun mengutarakan perasaanya kepada Syila.
“Syil, gua uda ngerasa nyaman banget dideket lo, gua
pengen kita lebih dari sekedar temen,” Tanya Radit dengan perasaan ga karuan,
dia berharap Syila menjawab iya karena kalau tidak Radit tidak ingin mengenal
wanita selain Syila. Karena sudah cukup ia disakiti oleh kedua orang tuanya. Ia
berharap Syila bisa mengobati semua luka yang masih melekat dalam tubuh Radit.
“iya dit aku juga merasakan hal yang sama, dan aku mau
jadi pacar kamu,” jawab syila. Dan Radit pun langsung memeluk erat Syila sambil
menangis. Syila pun bingung dan bertanya. “Dit, kamu kenapa menangis? Harusnya
kamu gembira dong,” Tanya syila Heran.
“Syil, jujur selama ini aku tidak pernah merasakan kasih
sayang yang sebenarnya dari orangtuaku mereka selalu sibuk sama urusannya dan
selalu bertengkar bahkan sekarang mereka bercerai itulah alasan yang membuatku
pergi dari rumah. Saat itu aku tidak tahu kabar mereka lagi dan aku tidak
pernah meminta apapun dari mereka sepeserpun, mereka pun sudah tidak peduli
terhadap kehidupanku. Tapi setelah mengenal kamu syil. Hidupku berwarna kembali
seakan-akan aku menemukan kehidupan yang sesungguhnya sama kamu,” jawab Radit
penuh keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar